Didirikan tahun 2004
di atas tanah kas desa Pleret seluas 2.500 m2 dalam wujud 1 unit
bangunan oleh Pemerintah Propinsi DIY. Sejak awal sampai sekarang,
museum ini dikelola oleh Dinas Kebudayaan Propinsi. Saat gempa bumi
melanda Bantul 27 Mei 2006, bangunan museum mengalami rusak berat.
Renovasi dan pembangunan kembali museum dilakukan dalam 3 tahap. 2007
membangun 1 unit gedung di sisi barat, 2008 1 unit bangunan sisi tengah
dan 2009 pembangunan 4 gazebo, perbaikan sumur gumuling, tempat parkir
dan papan nama. Demikian dijelaskan Riharyani Kepala Seksi Purbakala di
ruang kerjanya Rabu (13/06).
Baca selengkapnya >
Gedung sebelah barat menyimpan koleksi-koleksi benda cagar budaya yang sudah teridentifikasi. 71 koleksi yang ada berasal dari Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) DIY sedang 10 koleksi lainnya dari hasil pengumpulan oleh Dinas Kepudayaan DIY- Ke 81 benda koleksi cagar budaya yang ada terdiri dari : gelang 5 buah, mata uang cina 28 buah, genda pendeta 2 buah, genda III = 1 buah, talam 3 buah, fragmen cepuk 1, mangkuk 4, guci 3, kapak 2, beliung 1, bokor 2, batu dan batu pipih 2, entong 1, fragmen meriam 1, gantungan lampu 1, arca ganesha 2, arca agastya 3, pipisan 1 dan gandik 3.
Selain benda koleksi di atas, benda koleksi cagar budaya lainnya : wadah peripih 2 buah, lingga patok 1, antefik 1, dasar kemuncak 1, padma 1, lumpang batu 3, alu batu 3, komponen bangunan 3, arca durga mahisasura mardhini 1, arca chandralokeswara 1, arca jambala 1, lingga semu 1, yoni semu 1, kemuncak 2, umpak 4, batu lumpang 1, yoni 2, fragmen kemuncak 1, fragmen yoni 1, lesung 1, lumpang 1, umpak 3, celeng (jaladwara) 3 dan jobong 2 buah. Benda-benda tersebut tersimpan dengan rapi baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan tapi dalam kompleks museum.
Bangunan sisi tengah digunakan untuk kantor dan untuk menyimpan benda-benda cagar budaya yang ditemukan dan masih dalam tahap identifikasi. Nantinya sebagian bangunan ini, juga digunakan untuk menyimpan dan memajang benda koleksi cagar budaya yang sudah teridentifikasikan. Proses pendataan dan pengumpulan benda-benda cagar budaya yang masih tersebar di kawasan cagar budaya kelas C ini, terus dilakukan. demikian penjelasan lebih lanjut Riharyani.
Selain koleksi benda-benda cagar budaya, dalam museum ini juga terdapat peta prakiraan lokasi keraton Mataram Pleret, silsilah raja-raja Mataram dan masa pemerintahannya serta foto-foto terkini dan sekelumit sejarah tentang ke 5 situs tersebut yang berada dalam kawasan cagar budaya pleret. Walau sampai saat ini Museum Purbakala Pleret belum terbuka untuk umum, namun sama sekali tidak tertutup kemungkinan bagi mereka yang ingin berkunjung ke museum ini.
Menurut Budi Husada Kepala Seksi Museum Dinas Kebudayaan Propinsi yang dihubungi melalui hand phone, keberadaan museum Pleret sementara ini belum terbuka untuk umum karena beberapa hal antara lain : status tanah untuk museum yang belum tuntas dan belum terpenuhinya standar keberadaan sebuah museum seperti peneliti, pendata benda cagar budaya yang masih tersebar di kawasan tersebut maupun petugas yang mampu memberikan penjelasan tentang sejarah benda-benda cagar budaya yang ada di museum.
Museum yang berada pada situs sumur gumuling tersebut dilengkapi pula dengan 4 bangunan gazebo. Satu diantaranya untuk memayungi sumur gumuling itu sendiri. Lainnya dibangun untuk memberi tempat istirahat dan berteduh bagi mereka yang berkepentingan dengan keberadaan sumur gumuling. Sumur gumuling itu sendiri diyakini sebagai tempat pertemuan raja Mataram dengan penguasa laut selatan. Kedalaman dari permukaan bibir sumur sampai permukaan air dalam sumur hanya 1 m, sehingga mudah diambil air sumur tersebut oleh pengunjung. ( Yan/Fernandez )
---------------------------------------------------
Museum Purbakala Pleret : d/a. Pleret, Pleret, Bantul, Yogyakarta.
CP. Kepala Seksi Museum Dinas Kebudayaan Propinsi DIY (Budi Husada) – hp. 087 739 474 000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar