Sabtu, 10 November 2012

Candran Kampung Tani International

Candran sebuah kampung di dusun Mandingan Kebonagung Imogiri, kini dikenal sebagai kampung tani International. Gagasan yang dibangun Kristyo Bintoro mantan luruh Kebonagung, diawali dengan berdirinya museum tani Jawa Indonesia tahun 2006. Sebetulnya gagasan tersebut berangkat dari keprihatinan Kristyo terhadap nasib petani di desanya yang tidak kunjung sejahtera. Harus ada terobosan lain yang dapat dinikmati para petani agar ada penghasilan tambahan yang diperoleh mereka. Potensi dunia pertanian dengan pola tradisional, harus dapat dikemas dan dijual pada masyarakat perkotaan dan dunia internasional. Demikian diungkapkan Kristyo di dusun Candran Selasa (17/01/12). 
Baca selengkapnya >


Museum ini mengkoleksi alat pertanian tradisional seperti : luku, nggaru, blak (peralatan untuk menanam padi agar baris tanam menjadi lurus), gosrok, cangkul, pacul, sabit, gathol (alat untuk membuat galian, mirip sabit), singkal, kejen, sambilan, lading dan caping. Selain alat pertanian di museum ini juga disimpan alat masak tradisional seperti anglo, pipisan, talenan, ungkal, telenan potong, ganco, munthu, ceting, kukusan, wajan, tungku, parangon dan kendil. Peralatan tersebut di atas umumnya berusia di atas 50 tahun, yang sebagian merupakan peninggalan leluhurnya dan dari masyarakat sekitar dusun Candran, bahkan ada yang didatangkan dari luar Bantul. Alat kesenian juga terdapat di museum ini seperti lesung, egrang dan nini thowong. Saat ini ada kurang lebih 260 koleksi.


Paket wisata di kampung tani internasional ini, berorientasi pada tata kehidupan masyarakat agraris. Membajak dengan kerbau, nggaru, gosrok dan tandur menjadi paket utama. Paket penunjang lain seperti paket pembelajaran : membuat apem, cemplon, geplak, tempe, kripik, masakan dan minuman tradisional, membuat telur asin, membatik dan tatah sungging kulit. Paket bersepeda keliling dusun dan mengarungi sungai Opak dengan perahu naga, rakit serta mendayung dengan sampan dan memancing. Paket kesenian yakni gejog lesung, nini thowong, jatilan dan kerawitan. Untuk paket tradisi, disajikan tatacara kenduri dan wiwitan. Agar para wisatawan berkesan dengan kunjungan mereka, disajikan pula permainan menangkap belut, ikan, itik dan ayam. Kegiatan festivalpun dirancang di Candran dengan lomba memedi manuk, ngliwet dan tandur.

Keberhasilan yang mulai menapak dari rancangan keberadaan kampung tani internasional di Candran, dapat dilihat dari statistik pengunjung. Jumlah pengunjung ke Candran menunjukan peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Dalam tahun 2008 wisatawan nusantara (wisnus) 2993 orang, wisatawan mancanegara (wisman) 175 orang. Tahun 2009 wisnus 5342 dan wisman 238, 2010 wisnus 7391 dan wisman 439, sedangkan di tahun 2011 wisnus 9450 dan wisman 617 orang. Sampai saat ini tercatat pengunjung dari 30 negara selain Indonesia, mengunjungi Candran. Banyaknya kunjungan wisman, berdampak pada adanya kesepahaman dengan fakultas bahasa Univ Gajah mada, untuk menjadikan museum tani jawa sebagai laboratorium praktek bahasa Prancis bagi mahasiswa D3 jurusan bahasa Prancis.

Dengan kondisi yang sudah berkembang saat ini, Kristyo sebagai penggagas belum merasa puas. Kampung Candran belum tertata rapi, layaknya sebuah desa wisata. Jalan dalam kampung sebagian besar masih berbentuk jalan tanah, lingkungan perkampungan belum nampak asri dan homestay belum ada di Candran. Pola kehidupan masyarakat yang cenderung banyak mengadopsi pola masyarakat kota, menjadi tantangan untuk dikembalikan pada budaya asli desa, terutama pada tatanan busana keseharian pria maupun perempuan desa. Menurut Kristyo, keanggunan orang desa terpancar dari cara berbusananya. Kalau dapat dipertahankan, akan menjadi daya tarik tersendiri bagi masa depan desa wisata Candran.

Letak Candran 17 km dari pusat kota Yogya atau hanya menempuh 30 menit perjalanan berkendaraan. Jumlah penduduk 315 kepala keluarga atau 1539 jiwa. 484 orang diantaranya adalah petani dan peternak. Luas lahan sawah 20 ha yang sebagian besar masih digarap secara tradisional. Potensi wisata airpun hanya berjarak ratusan meter saja dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki sambil menyusuri desa atau bersepeda. Ke depannya Kristyo berharap masyarakat lebih jeli untuk menangkap potensi usaha yang dapat mereka kembangkan sebagai mata pencaharian utama maupun tambahan dengan keberadaan para wisatawan. Mungkin dengan menjual berbagai jenis makanan tradisional, barang-barang kerajinan maupun membangun homestay. ( Yan/Fernandez )

----------------------------------------------------

Museum Tani Jawa Indonesia : d/a. Candran, dusun Mandingan, Desa Kebonagung, Imogiri, Bantul
Contanct Person : Kristyo Bintoro – Telp. 0274 7865311, 7892762
E-mail : museumtanijawaindonesia@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar