Sabtu, 10 November 2012

Laboratorium Geospasial Pesisir Parangtritis

Laboratorium ini dibangun tahun 2006 oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) yang dulunya dikenal dengan nama Bakosurtanal, bekerjasama dengan Fakultas Geografi UGM dan Pemda Bantul. Tugas utamanya adalah melakukan riset yang berhubungan dengan segala sesuatu tentang kepesisiran. Diantaranya tentang gumuk pasir yang membentang luas di pesisir pantai desa Parangtritis dan merupakan satu fonomena alam yang unik, peta potensi ikan bagi nelayan dan pembuatan basis data spasial. 
Baca selengkapnya >

Laboratotium yang terletak diatas lahan pasir seluas 2 ha di dusun Depok desa Parangtritis ini, terdiiri dari 6 unit bangunan utama. 1 unit bangunan untuk kantor, 1 unit yang berbentuk piramid untuk ruang pertemuan yang juga bisa digunakan unutk kegiatan penyuluhan, seminar dan diskusi, 1 unit bangunan museum tentang segala jenis pasir pantai dan bebatuan serta karang laut, 1 unit bangunan yang menghubungkan bangunan piramid dengan museum yang dikenal dengan lorong pengetahuan, 1 unit kantin dan 1 unit mess.
Tiga bangungan utama yang ada di sana, mencoba menggambarkan proses terjadinya gumuk pasir itu sendiri. Bangunan berbentuk piramid menggambarkan gunung merapi yang sering erupsi dan menghasilkan pasir. Pasir dari gunung merapi tersebut mengalir ke laut melalui kali Opak, yang digambarkan dengan bangunan lorong pengetahuan. Sedangkan museum pasir, bebatuan dan karang laut, menggambarkan gumuk pasir yang ada di Parangtritis. Pasir yang terbawa ke laut dihempas kembali ke tepian oleh gelombang laut dan setelah kering tertiup oleh angin tenggara yang cukup kuat sehingga terbentuklah gumuk pasir itu.

Menurut Dwi Sri Wahyuningsih dan Mira Harimurti keduanya adalah peneliti muda ketika ditemui di kantor Laboratorium Geospasial kamis (10/05) menjelaskan bahwa; semua pasir pantai yang berwarna hitam berasal dari gunung berapi. Sedangkan pasir pantai yang berwarna putih terjadi dari penghancuran karang laut oleh biota laut itu sendiri. Lebih lanjut Sri dan Mira juga menjelaskan bahwa di musem tersebut juga disimpan berbagai alat pembuat peta data dan dijugakan juga sebagai ruang penerima data Citra Satelit NOA.

Keberadaan gumuk pasir yang membentang di 4 pedukuhan : depok, Grogol IX, X dan Mancingan, menurut Sri dan Mira bukannya tidak ada manfaat. Selain sebagai objeck wisata dan objeck penelitian, gumuk pasir tersebut berfungsi juga sebagai penahan tsunami dan filter air laut yang merembes ke darat. Air sumur di sekitar gumuk pasir ini tidak ada yang asin, semuanya air tawar murni demikian dijelaskan Sri. Mira yang dilahirkan dan besar di desa Parangtritis ini, menyayangkan kondisi gumuk pasir di sini yang terus menyempit dan tinggal 30- 40 % saja dari kondisi semula.

Menyempitnya lahan gumuk pasir menurut mereka berdua disebabkan adanya pendirian bangunan dan tumbuhnya pepohonan seperti mete dan cemara udang yang menghambat tertiupnya pasir oleh angin tenggara. Type gumuk pasir yang ada di Parangtritis adalah gumuk pasir barcan yang cenderung berbentuk cembung. Mulai tahun 2012 ini, Laboratorium Geospasial Pesisir Parangtritis diberi kepercayaan oleh BIG untuk merancang sendiri rencana riset yang akan dilakukan. Fokus penelitian menurut Sri masih tentang dinamika gumuk pasir, pendugaan potensi ikan dan pembangunan basis data geospasial. ( Yan/Fernandez )

--------------------------------------------------

Laboratorium Geospasial Pesisir Parangtritis : d/a. Depok, Parangtritis, Kretek, Bantul, Yogyakarta. Telp. 0274 710 1776, E-mail : lab_geopesisir@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar