Sabtu, 10 November 2012

Makam Raja-Raja Kota Gede


Makam raja-raja di Kota Gede dikenal dengan nama Kagungandalem Pasareyan Hastana Kitha Hageng. Tempat ini dibangun oleh Ki Ageng Pamanahan tahun 1579 sebagai tempat kediamannya di alas menthaok. Sultan Hadiwijoyo memberikan tanah ini kepada Ki Ageng Pamanahan dan berkedudukan sebagai tanah perdikan, setelah ia berhasil membunuh Ario Panangsang yang menjadi musuh kerajaan Pajang. Setelah Ki Ageng Pamanahan wafat 1586, Panembahan Senopati (putra Ki Ageng) menyatakan berdirinya kerajaan Mataram Islam dengan kraton Mataram pertama di dusun Dalem. Menurut Mas Bekel Hastono Raharjo (55) ketika ditemui di komplek makam Kamis (11/10), tempat ini kemudian dijadikan makam keluarga raja oleh Panembahan Senopati. 
Baca selengkapnya >
Pasereyan Hastana Kitha Hageng seluas 5,5 ha ini terdiri dari : Komplek abdi dalem dimana terdapat 1 pohon beringin tua. Sebagian komplek ini dijadikan areal parkir bagi pengunjung yang datang. Komplek Masjid Gede Mataram yang juga merupakan masjid tertua kedua setelah masjid Demak. Masjid ini dibangun oleh Panembahan Senopati, serambi masjid dibangun oleh Sultan Agung Hanyakrokusumo dan emperan serta kuncung dibangun oleh Susuhunan Paku Buwono X. Komplek Pasangrahan dan komplek sendang kakung maupun putri dengan luas masing-masing 1 ha dan terakhir adalah komplek makam hastana kitha hageng seluas 1,5 ha. Di sini terdapat 627 makam termasuk 81 dalam blok Proboyekso.
Beberapa leluhur Mataram yang sangat dikenal yang dimakamkan di sini : Nyi Hageng Nis, Penembahan Jayaprana, Ki Datuk Palembang (Sultan Pajang), Ki Ageng Pamanahan, Ki Jurumertani, Panembahan Senopati, Kanjeng Sinuhun Hanyakrawati, Kanjeng Ratu Retno Dumilah, Kanjeng Ratu Kalinyamat, Kanjeng Ratu Retno Tinumpuk, Kanjeng Ratu Kencana, Sultan Hamengku Buwono I dan II, KGPAA I-IV dan Ki Ageng Mangir serta masih banyak lagi. Setiap pengunjung yang datang, bisa memperoleh daftar lengkap nama mereka yang dimakamkan di sini, sejarah singkat makam Kutho Gede dan silsilah raja-raja Mataram Islam. Sudah lama komplek makam ini tertutup untuk makam baru.

Bangunan yang ada dalam komplek makam ini berjumlah 15 buah terdiri dari : bangsal kencur, bangsal pengapit makam, bangsal duduk, bangsal pengapit masjid, masjid gede Mataram, bangsal sentulan kiri kanan, bangsal penjaga dan gudang, bangunan sendang kakung, putri, serta bangunan makam proboyekso dan bangunan makam KGPAA II-IV. Untuk merawat seluruh bangunan termasuk kebersihan dalam komplek, menjadi tanggung jawab para abdi dalem juru kunci pasareyan kutho gede. Karena termasuk benda cagar budaya, maka biaya renovasi dan konbloknisasi menjadi tanggung jawab Pemda DIY melalui dinas Pariwisata. Namun biaya listrik menjadi tanggungan kraton Yogya maupun Solo

Komplek makam Kutho Gede dikelola oleh 54 orang addi dalem, 34 abdi dalem Kraton Yogyakarta dan 20 orang adbi dalem Kraton Surakarta. Menurut Mas Bekel Hastono Raharjo/Budi Raharjo, komplek ini terbuka untuk pengunjung selama 24 jam setiap harinya, kecuali ke makam hanya dibuka untuk hari Minggu, Senin dan Kamis jam 10.00 – 14.00 dan hari Jumat jam 13.00 – 17.00. Mereka yang ingin berkunjung ke makam harus mematuhi syarat-syarat : harus memakai busana adat atau pranakan bagi laki-laki dan kemben bagi perempuan, tidak boleh berjilbab, tidak memakai alas kaki, tidak boleh mengembail gambar di dalam komplek makam dan membayar retribusi masuk Rp. 5.000. Para adbi dalem telah menyiapkan 40 stel baju pranakan dan 30 stel kemben dengan sewa Rp. 10.000 / stel.

Jumlah pengunjung rata-rata 3.000 orang per bulan dan 75 % diantaranya adalah wisatawan religi yang bertujuan mengunjungi makam. Hal ini diungkapkan Raden Tumenggung Pujo Dipuro/Slamet Taryono (50) abdi dalem kraton Surakarta sebagai juru pemelihara. Menurutnya pengunjung terbesar berasal dari Jawa Timur, Jepara dan Jakarta dan umumnya adalah kelompok masyarakat umum dan pelajar. Akhir2 ini ada kecenderungan kunjungan wisatawan asing meningkat pula. Menurut Budi Raharjo, setiap harinya komplek ini dijaga oleh 6 orang abdi dalem, 3 dari Yogyakarta dan 3 abdi dalem Surakarta. Dengan demikian abdi dalem Yogyakarta bertugas 6 hari sekali, sedangkan abdi dalem Solo 4 hari sekali.

Untuk meningkatkan kunjungan wisata, sudah 4 tahun berjalan, pada setiap bulan April para abdi dalem ini mengadakan upacara nguras atau nawuh sendang dan nguras jagan masjid. Acara dimulai dengan doa/tahlil pada malam sebelum upacara prosesi, prosesi gunungan yang berisikan makanan kuliner khas Kota Gede dan nguras sendang serta jagan mesjid itu sendiri. Prosesi dimulai dari Balai Kelurahan Jagalan menuju masjid gede Mataram. Setelah acara prosesi dan makan bersama, pengunjung dan para peziarah dihibur dengan berbagai kesenian tradisional. Selain itu, setiap malam Jumat Pon jam 20.00 sampai selesai, diadakan tahlil oleh abdi dalem bersama para peziarah dan masyarakat umum yang berminat. Pendanaan untuk acara ini ditanggung oleh para abdi dalem dan para donatur yang bersimpatik. ( Yan/Fernandez )

--------------------------------------------

Makam Raja-raja Kota Gede : d/a. Dusun Sayangan Rt. 01/01, Jagalan, Banguntapan, Bantul
Contact Person : Budi Raharjo – (0274) 2693191 atau Slamet Taryono – 081 904 095 793

Tidak ada komentar:

Posting Komentar