Sabtu, 10 November 2012

Desa Wisata Puton

Dusun Puton sebagai sebuah desa wisata, mulai dibangun dan dikembangkan tahun 2009. Mulanya program yang digerakan Posdaya Ontoseno ini, coba mengedepankan potensi wilayah dan mengangkat potensi budaya yang tumbuh subur dalam komunitas masyarakat Puton. Potensi wilayah berupa petilasan Watu Ngelak dan wisata kuliner dengan sajian masakan ikan air tawar dari beberapa kolam di pinggir Kali Opak. Demikian disampaikan Soraya Isfandiary di kediamannya Kamis (27/07).
Baca selengkapnya >

Dalam perkembangannya potensi budaya yang dimiliki seperti rumah berbentuk joglo, 2 set gamelan milik Suharjo dan milik kecamatan, kelompok kerawitan, ketoprak, mocopat, pedalangan, tari, hadroh dan seni ukir maupun lukis, menjadi daya tarik terutama bagi wisman. Untuk membangun kesadaran masyarakat menuju sebuah desa wisata, tahun 2010 Posdaya Ontoseno membentuk kelompok sadar wisata (pokdarwis) Watu Ngelak yang bertugas merancang berbagai kebijakan strategis dan pengelola wisata yang mengoperasionalkan penganangan kunjungan wisatawan.

Kunjungan wisatawan manca Negara (wisman) berdampak pada keingintahuan mereka terhadap seluruh aspek kehidupan masyarakat. Berbarengan dengan selesainya program rekonstruksi pasca gempa, para wisman tersebut ternyata tertarik dengan kearifan lokal pemerintah dan masyarakat setempat, untuk bangkit dari keterpurukan tersebut. Hampir seluruh program posdaya yang meliputi program pembangunan ekonomi kerakyatan, sosial kemasyarakatan dan cara bertani, menjadi perhatian serius para wisman.

Banyaknya kunjungan wisman khususnya, tidak terlepas dari relasi yang mampu dibangun oleh masyarakat Puton khususnya ketua Posdaya. Kini telah terbangun jaringan khusus dengan Korea Selatan, Jepang dan Canada yang tertarik untuk membangun rumah budaya mereka di desa wisata Puton. Menurut Soraya bila lahannya telah tersedia, rumah budaya tersebut akan segera terrealisasi dan tentu berdampak meningkatnya kunjungan wisman. Kini dari Pemerintah Korea Selatan secara rutin berkunjung 2 kali setahun. Kunjungan wisman dari Negara Eropa seperti Belanda, Belgia, swedia dan Jerman juga terbangun oleh relasi diantara pengunjung itu sendiri.

Kunjungan wisatawan nusantara (wisnus) didominasi oleh kelompok mahasiswa terutama untuk kegiatan outbond maupun malam keakraban. Sejumlah 25 rumah yang dapat disewakan sebagai homestay dengan daya tampung 8-10 orang dan biaya Rp. 75.000 per hari (tanpa makan), menjadi daya tarik tersendiri bagi mahasiswa. Sedangkan makan untuk seluruh anggota kelompok dapat disiapkan oleh ibu-ibu pengelola kuliner. Hampir seluruh universitas besar di Yogyakarta pernah berkunjung ke sini kata Soraya.

Untuk menunjang potensi wisata Puton, ke depannya Puton akan dijadikan kampung durian. Untuk itu telah disosialisasikan kepada seluruh warga agar menanam durian minimal 1 rumah 1 pohon dan beberapa tanaman lain seperti jeruk nipis dan tanaman yang benar-benar langka. Langkah ini sekaligus untuk menunjang program desa hijau kata Soraya. Potensi kerajinan juga telah dikembangkan seperti kerajinan sampah plastik oleh kelompok Srikandi, perajin kripik tempe, peyek dan batik jumput.

Keberadaan kali Opak yang memisahkan dusun Puton dengan desa Wukirsari Imogiri, belum dapat diberdayakan secara optimal. Kedalaman kali Opak 5-8 m dapat dijadikan sebagai arena lomba dayung dan lainnya yang berhubungan dengan wisata air. Soraya menjelaskan bahwa belum tersedianya perahu wisata, masih jadi kendala untuk mengembangkan wisata air di sini. Abrasi pada sisi utara Kali Opak di selatan jembatan karang semut, juga mengancam keberadaan kolam pemancingan di sana. (Yan/Fernandez)

----------------------------------------------------

Desa Wisata Puton : Puton, Trimulyo. Jetis, Bantul
Cp. Soraya Isfandiary – Hp. 081 328 570 018 – 0274 7157 809
E-mail : soisfandiari@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar